Minggu, 17 April 2011

Pantai Timang

                                 Watu Pajang dan gondola dilihat dari bukit Timang

Watu pajang, tempat yang cocok untuk memancing dan berburu lobster.. Untuk bisa sampai ke sana, kita bisa uji nyali naik gondola.. Monggo, selamat mencoba..

 Pandan laut dan rumput yang tumbuh di sekitar pantai membuat Timang berwarna hijau ^^

Catatan suatu cerita

Setiap masyarakat pasti memiliki cerita mengenai asal-usul keberadaan mereka serta tempat yang mereka tinggali saat ini. Demikian pula dengan dusun Danggolo, Luwengombo, serta Sureng yang merupakan dusun yang 'memangku' Pantai Timang dan Ngetun. Hanya saja, karena cerita tersebut merupakan cerita lisan yang diceritakan secara turun temurun, belum ada bukti tertulis yang menunjukkannya. Namun, apabila dicocokan beberapa tempat masih memiliki kesesuaian dengan cerita. Biar bagaimanapun, cerita yang berasal dari dusun-dusun di Pegunungan Seribu ini merupakan bagian dari khasanah cerita rakyat nusantara ^^,
Dusun Danggolo
      Nama dusun Danggolo oleh masyarakat sering diartikan Kondang le Ala. Namun, ternyata ada cerita sejarah dibalik nama dusun tersebut. Danggolo berarti Kadange Manggolo. Manggolo merupakan pangkat untuk prajurit kepercayaan Prabu Brawijaya V dari Majapahit.
      Asal mula dusun Danggolo berkaitan dengan pelarian Prabu Brawijaya V beserta prajuritnya sekitar tahun 1500an. Prabu Brawijaya V melakukan pelarian dari Kerajaan Majapahit yang kala itu diserbu Kerajaan Demak. Salah satu Manggolo Brawijaya V yang bernama Cokromenggolo memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan dan menetap di salah satu perkampungan dekat pantai di Pegunungan Seribu. Perkampungan itu bernama Cari. Ia kemudian bertemu buyut Cari yang merupakan kepala desa. Oleh buyut Cari, Cokromenggolo diberi sebidang tanah untuk bermukim bersama keluarganya. Tanah tersebut terletak di seberang telaga. Namun, saat ini telaga tersebut sudah kering dan sudah menjadi perkampungan. Diperkirakan tanah tempat tinggal Cokromenggolo tersebut terletak di depan Balai Dusun Danggolo.
Dusun Luweng Ombo
      Tidak ada yang tahu secara pasti mengapa dusun yang terletak di sebelah dusun Danggolo ini dinamakan Luweng Ombo. Namun, beberapa sesepuh desa menyatakan nama Luweng Ombo diambil karena di dusun ini terdapat banyak luweng (gua) yang lebar (dalam bahasa Jawa disebut Ombo). Menurut cerita, di luweng/gua ini terdapat banyak kayu gelondongan yang dulu disembunyikan oleh Belanda. Karena tidak ada warga yang berani memasuki luweng, saat ini luweng-luweng tersebut justru tertimbun tanah serta sampah.
Dusun Sureng
      Ada beberapa versi cerita mengenai asal mula nama dusun Sureng. Salah satunya menyebutkan bahwa Sureng merupakan salah satu prajurit kepercayaan Brawijaya V yang bergelar Sureng. Dalam pelariannya, Prabu Brawijaya V mengutus prajuritnya yang bergelar Sureng untuk mencari sumber mata air. Akhirnya, Sureng berhasil menemukan sumber mata air yang terletak di di dekat sungai, tak jauh dari pantai. Kemudian mata air serta sungai yang ditemukan tersebut diberi nama sumber mata air Sureng serta kali Sureng. Bahkan seiring dengan perkembangan jaman, wilayah di sekitar mata air tersebut dihuni penduduk dan menjadi suatu dusun yang disebut dusun Sureng.
      Cerita lain dari asal mula nama dusun sureng menyebutkan bahwa Sureng merupakan singkatan Asu Ireng (anjing hitam). Menurut cerita beberapa orang sepuh di dusun Sureng, nama tersebut diambil dari peristiwa adanya anjing hitam yang menemukan sumber mata air. Saat itu, seekor anjing hitam masuk ke dalam sebuah ceruk gua, namun ia kemudian keluar dalam keadaan basah. Sehingga masyarakat menyimpulkan bahwa di tempat tersebut terdapat sebuah sumber mata air, dan ternyata memang benar. Mata air tersebut masih dimanfaatkan oleh penduduk sampai sekarang. [YL]